AMAL IBADAH YANG DITERIMA - . -->

AMAL IBADAH YANG DITERIMA

AMAL IBADAH YANG DITERIMA
 OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang


لاَ عَمَلَ أَرْجَى لِلْقَبُوْلِ مِنْ عَمَلٍ يَغِيْبُ عَنْكَ شُهُوْدُهُ وَيُحْتَقَرُ شُهُوْدُهُ وَيُحْتَقَرُ عِنْدَكَ وُجُوْدُهُ.
“Tiada amal yang lebih bisa diharapkan untuk diterima ketimbang amal yang tidak engkau sadari dan engkau pandang tidak berarti”.
Amal yang baik itu timbul dari niat yang tanpa tendensi, kepentingan dan pamrih, kalau bisa beramal, beribadah dengan cara yang demikian dapat dijadikan sarana dan alat untuk ketenangan dan kesenangan batin, berapapun nilai dan jumlahnya tidak menjadi ukuran, tetapi kepuasan hatilah yang diperlukan.

Bagi arifin beramal dan beribadah itu hanya Allah-lah yang menaqdirkannya, tidak ada yang maujud di dunia ini kecuali Allah semata, adanya manusia karena diciptakan oleh Allah, segala tingkah laku yang dilakukan manusia adalah kehendak-Nya. Jadi, apapun yang diperbuat oleh manusia itu adalah kehendaknya.
QS. Al-Fatir ayat 10
 “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya...”
Bila seorang hamba menghadapkan amal ibadahnya kepada Allah Sang Maha Agung, Maha Perkasa dan Maha Mulia, maka dirinya akan merasa hina, dan apapun yang ia persembahkan terasa kecil dan tanpa arti, amal ibadahnya merasa ghaib (tak terlihat) sedikitpun.

Hamba yang arifin senantiasa mengibaratkan amal ibadahnya sama dengan sesuatu yang besar dikumpulkan dengan sesuatu yang jauh sangat besar, maka ibadahnya nampak sangat kecil nyaris tidak ada artinya.

Lain lagi bila hamba yang merasa ibadahnya mempunyai arti atau lebih, itu sama saja dengan benda kecil yang dikumpulkan dengan benda yang jauh lebih kecil, maka tidak heran walaupun ibadahnya Cuma sedikit nampak banyak.

Kehati-hatian salikin dan arifin menjaga amal ibadahnya luar biasa, ia takut di dalam hatinya ada pengharapan selain ridha Allah swt. apalagi sampai terjangkit penyakit hati yaitu ujub, riya’ dan hasud. Orang yang bermakrifatullah sadar betul bahwa diterimanya amal ibadah itu hanya berlandaskan taqwa. Sebagaimana Allah tegaskan pada surat Al-Maidah ayat 27 :
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

Hamba yang telah mencapai maqom makrifatu billah akan memandang hidupnya laksana berdampingan dengan kekasihnya, ketika keasyikan dengan kekasihnya bercanda, bergurau bahkan ia laksana sedang asyik-masyuk tak akan punya kesempatan tolah-toleh lihat kanan lihat kiri, hatinya sudah terpaut dan terpatri oleh kekasihnya. Apapun yang ia lakukan cuma satu demi kebahagiaan dan penghargaan untuk kekasihnya. Dia-lah Allah yang menyita mata bathinnya.

Oleh karena itu sebesar apapun pengorbanan, amal ibadahnya bagi arifin dianggap tidak ada artinya, ia berpandangan remeh (sangat kecil) dibandingkan dengan ke Maha Besaran Allah dan betapapun berat dan sulit, arifin tak merasakan beratnya karena dia bangga dan senang mendapat pengakuan dan penghormatan dari sang kekasih, Dia-lah Allah Azza wa Jalla.

Maka benar pada mutiara Hikam Syaikh Imam Ibnu Athaillah menegaskan :
“Tiada amal yang lebih bisa diharapkan untuk diterima daripada amal yang tidak engkau sadari dan engkau pandang tidak berarti”.



 DAFTAR PUSTAKA

1.     Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah Al-Assakandary.
2.     Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.     Percikan Samudra Hikam, Muhammad Luthfi Ghozali.
4.     Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.     Al-Qur’an Tafsir Perkata, Al-Hidayah.
6.     Shahih Bukhori, Percetakan Al-Hidayah.
7.     Shahih Muslim, Percetakan Al-Hidayah.
8.     Mutu Manikam dari Kitab Hikam, Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.     Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.

0 Response to "AMAL IBADAH YANG DITERIMA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel