RAHMAT DAN KARUNIA ALLAH - . -->

RAHMAT DAN KARUNIA ALLAH

RAHMAT DAN KARUNIA ALLAH
 OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang




لاَتُفَرِّحْكَ الطَّاعَةُ لِأَنَّهَا مَرَزَتْ مِنْكَ وَافْرَحْ بِهَا لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Janganlah ketaatanmu membuatmu gembira lantaran engkau mampu melaksanakannya, tetapi bergembiralah lantaran ketaatan itu merupakan karunia Allah kepadamu. Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”

Tindakan yang senantiasa mengagungkan diri seperti hanya dialah yang paling khusuk dalam beribadah, yang paling banyak dalam beramal, yang paling bagus bacaan Al-Qur’annya. Itulah orang yang bersifat “UJUB”. Ujub itu bagian dari tanda orang yang hatinya kena penyakit.

Biasanya orang yang ujub itu selalu minta diperhatikan, bila amalnya tidak dipuji pasti akan dikurangi, bila banyak orang semangat beribadah, sebaliknya bila tidak ada orang pasti bermalas-malasan. Karena rentetan orang ujub itu pasti selalu riya’ artinya perbuatannya hanya ingin dipuji oleh orang lain. Rasulullah bersabda :
وَعَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ سُفْيَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, قَالَ النَّبِيُّ ص.م. : مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَمَنْ يُّرَائِ يُّرَائِ اللهُ بِهِ (متفق عليه)
“Nabi saw. bersabda : “Barang siapa yang memperdengarkan amalnya, maka Allah memperdengarkan dengan amalnya dan barang siapa memperlihatkan amalnya (agar dipuji) maka Allah akan memperlihatkan dengan amalnya”.

Saudara yang dirahmati Allah,
Berbangga hati ketika bisa berbuat dan beramal shalih adalah perbuatan yang dilarang. Ingat! Krentek (Bahasa Jawa) pada hati itu adalah iradah Allah. Jadi masih niat untuk berbuat baik saja, itu datangnya dari Allah. Siapa yang mampu menandingi kekuasaan-Nya. Siapa lagi yang menggerakkan hati kalau bukan Allah?
لاَحَوْلاَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِااللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung”.

Apabila seorang hamba telah merasakan kebahagiaan dan bangga bahwa dirinyalah yang mampu berbuat baik, maka perasaan yang demikian itu telah merusak pahala ibadahnya. Firman Allah Surat Asy-Syu’ara’ 218-219 :
 “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang)”,
“Dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud”.

Maka dalam urusan ibadah harus dilandasi ihlas dan raja’ hanya untuk Allah dan Allahlah yang berhak menerima dan tempat mengharap ibadah kita diterima.

Bagi Si Salik menuju makrifatullah bisa merasa senang hatinya ketika mampu beribadah, karena mereka merasa telah dibimbing untuk beribadah menuju Allah swt. untuk mendapatkan nikmat yang hakiki.
Firman Allah dalam Surat Yunus ayat 58 :
 “Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Saudara! Sebenarnya sebanyak apa dan sekhusuk apapun ibadah kita tidak akan sebanding dengan kasih sayang Allah. Diceritakan dalam kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilir Rasyad “Bahwa ada seorang abid (ahli ibadah) yang melakukan ibadah dengan khusyuk selama lima ratus tahun tanpa maksiat sedikitpun, karena ia haruslah menyepi dari keramaian hiruk pikuknya dunia. Ia menempati gua diatas gunung, setelah lima ratus tahun beribadah, Allah mengambil ruhnya lalu Allah taqdirkan masuk surga-Nya karena sifat Rahman Rahim-Nya Allah swt. Si Abid bertanya kepada Malaikat: “Benarkah aku masuk surga ini karena Rahman Rahim-Nya Allah? Padahal aku telah beribadah 500 tahun tanpa maksiat kepada-Nya. Malaikat tolong sampaikan kepada Allah, tidak cukupkah 500 tahun beribadah tanpa dosa dan maksiat untuk memasuki surga-Nya?”. Lalu Malaikat sampaikan pertanyaan Si Abid kepada Allah. “Sampaikan kepada Si Abid!” Kata Allah. “Ibadah lima ratus tahun itu tidak sebanding dengan nikmat satu biji mata yang telah Aku berikan kepadanya”.

Sungguh benar Imam Ibnu Athaillah berkata :
“Janganlah ketaatanmu membuatmu gembira lantaran engkau mampu melaksanakannya, tetapi bergembiralah lantara ketaatan itu merupakan karunia Allah kepadamu”.



 DAFTAR PUSTAKA

1.     Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah Al-Assakandary.
2.     Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.     Percikan Samudra Hikam, Muhammad Luthfi Ghozali.
4.     Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.     Al-Qur’an Tafsir Perkata, Al-Hidayah.
6.     Shahih Bukhori, Percetakan Al-Hidayah.
7.     Shahih Muslim, Percetakan Al-Hidayah.
8.     Mutu Manikam dari Kitab Hikam, Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.     Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.

0 Response to "RAHMAT DAN KARUNIA ALLAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel