BERAMAL HARTA DAN JIWA DI JALAN ALLAH
BERAMAL
HARTA DAN JIWA DI JALAN ALLAH
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
لِيُنْفِقْ
ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ الْوَاصِلُوْنَ اِلَيْهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ
رِزْقُهُ السَّائِرُوْنَ اِلَيْهِ
“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan harta beramal menurut
kemampuannya, ditujukan kepada mereka yang telah sampai kepada Allah dan siapa
yang disempitkan rezekinya, hendaklah mendermakan apa yang diberikan Allah
kepadanya”.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat
Rahimakumullah,
Semua hamba-Nya telah dijamin
rezekinya oleh Allah, hanya saja rezeki yang diterimakan ada yang berkurang,
ada yang pas-pasan, ada juga yang dilebihkan. Bagi si salik (pencari ridha
Allah) selalu memandang semua yang terjadi itu adalah keputusan mutlak Allah
yang tidak bisa ditolak. Hanya saja kekurangan dan kelebihan itu sebagai
pemberian atau ujian...??? Hamba yang berma’rifatullah tidak pernah merasa
ingin memiliki dan menguasai pemberian Tuhannya. Ia selalu bertanya ini nikmat
atau ujian. Qs. An- Naml ayat 40 :
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk
menguji aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatnya) dan barang
siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi
Maha Mulia”.
Saudara seiman dan seagama,
Bagi hamba yang arifin apabila sumber
rezekinya memancar deras tanpa hambatan sehingga rezekinya tak tertampung lagi
dalam kolam-kolam hatinya, bukan karena jumlah dan banyaknya sehingga disimpan
di rekening banknya, Bukan!!! Sekali lagi bukan itu!!! Akan tetapi
sumber-sumber rezeki itu deras memancar sampai-sampai tak tertampung tidak muat,
karena hati si arifin telah terpenuhi dengan urusan akhirat, maka hatinya yang
dalam urusan dunia cuma kebagian sedikit saja, bila ada urusan harta sedikit
saja rasanya sudah sangat sesak rasanya. Bahkan kebingungan bagaimana cara
mengurangi bahkan membuangnya supaya hatinya menjadi longgar.
Ayyuhal Ikhwan Rahimakumullah,
Hamba yang salik selalu merasa
cukup, kalau toh ada harta dicukupkan untuk beribadah tidak lebih dari itu, ia
merasa sumber rezekinya tidak pernah kering,
bahkan akan semakin memancar deras bila air rezekinya disalurkan kepada
orang lain sebagaimana firman Allah.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ اَمْثَالِهَا
“Barang siapa yang beramal satu
kebajikan, maka baginya sepuluh kali kebajikan yang sama”.
Jadi bila satu rezeki diamalkan,
maka Allah akan mengembalikan sepuluh
kali rezekinya. Bahkan Allah berjanji akan membalas dengan tujuh ratus kali
bahkan sampai hitungan yang tidak dibatasi hanya Allah yang mengetahui berapa
kali Ia akan kembalikan kepada hamba-Nya. QS. Al-Baqarah ayat 261:
“Perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji.
Allah melipat gandakan (padahal) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui”.
Saudara terkasih karena Allah,
Bagi arifin selalu merasa berat dan
terbebani karena hartanya, ia tidak mau resiko repot dengan harus menjaga
hartanya sebagaimana repotnya pengembala dengan domba-domba majikannya, seolah
bagaikan budak belian yang sibuk menjaga harta benda majikannya, karena ia merasa
tidak ikut memiliki, dan arifin sadar bahwa semua yang dimiliki, harus
dipertanggungjawabkan ke majikan Agung Dialah Allah Azza Wajallah.
Ayyuhal Ikhwan Rahimakumullah,
Dunia fana’ dengan segala fasilitas
yang diamanatkan kepada kita laksana lahan parkir dengan segala merk kendaraan
dari kelas rendahan sampai merk kendaraan mewah kelas atas pun ada, namun
demikian si tukang parkir penguasa keamanan yang menjaga berbagai macam
kendaraan tidak akan pernah marah apabila pemiliknya datang untuk mengambilnya.
Ia lepas satu persatu bahkan ia relakan walau semua kendaraan yang diamankan,
ia jaga dengan seksama diambil oleh
pemiliknya semua tanpa tersisa, si tukang parkir ikhlas tidak menggerutu.
Sekarang tinggallah sendiri tanpa amanat titipan harta (kendaraan) ia rela
menunggu berlama-lama ada amanat titipan datang. Demikian gambaran harta
titipan Allah yang diamanatkan kepada kita.
Saudara seiman dan seagama,
Pandangan orang-orang yang berma’rifatullah
pada dunia tidak lebih hanya tipuan dan permainan, hanya akhiratlah kehidupan
yang kekal dan sebenarnya. QS. Al-Hadid ayat 20 :
“Ketahuilah !!! Sesungguhnya kehidupan dunia
itu hanyalah permainan dan senda gurauan”.
“Perhiasan dan saling berbangga di
antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan”.
“Seperti hujan yang tanaman-tanamannya
mengagungkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian hancur”.
“Dan di akhirat (nanti) adzab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak
lain hanyalah kesenangan yang palsu”.
Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu’minin
Rahimakumullah,
Apabila sumber rezekinya mengering,
aliran-aliran rezekinya sudah mampet bahkan menetespun tidak, bagi hamba yang
salik dan shalihin tidak akan berhenti untuk berderma, beramal dan berbuah
kebajikan, selama detak jantungnya bergerak masih ada kesempatan untuk berjuang
di jalan Allah, dengan apa berjuangnya??? Bisa dengan tenaga,bisa dengan akal
pikiran sehatnya. Tidak bisa beramal uang??? Senyumpun bisa!!! Tidak bisa
menyumbang harta??? Tegur sapa pun bisa!!! Yang penting jangan berhenti
berjuang dan beramal. Firman Allah Surat As-Shaf ayat 10 dan 11 :
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih
?”.
“(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "BERAMAL HARTA DAN JIWA DI JALAN ALLAH"
Posting Komentar