BUKAN MALAIKAT ATAU BISIKAN SYETAN
BUKAN MALAIKAT ATAU
BISIKAN SYETAN
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
اَلنُّوْرُ
جُنْدُ اْلقَلْبِ كَمَا اَنَّ الظُّلْمَةَ جُنْدُ النَّفْسِ. فَإِذَا أَرَادَ اللهُ
اَنْ يَنْصُرَ عَبْدَهُ أَمَدَّهُ بِجُنُوْدِ اْلاَنْوَارِ وَقَطَعَ عَنْهُ مَدَدَ
الظُّلْمِ وَاْلاَغْيَارِ.
“Cahaya adalah tentara hati,
sebagaimana kegelapan adalah tentara nafsu, ketika Allah hendak menolong
hamba-Nya, Dia membantunya dengan tentara cahaya dan memutus kegelapan dan
kepalsuan”
Allah menciptakan manusia dilengkapi dengan
hati dan nafsu, keduanya saling tarik-menarik, karena hati dan nafsu mempunyai
tentara yang selamanya saling menyerang.
Apabila dimenangkan oleh tentara hati, maka
manusia bersinar terang dalam beribadah kepada Allah. Sebaliknya bila nafsunya
yang memenangkan pertarungan, maka sikap apatis, sombong, riya’ dan hasudlah
yang menguasai manusia.
Tentara hati senantiasa dibisikkan oleh
malaikat. Tentara nafsu kita kenal dengan bisikan syetan. Maka apabila manusia
ingin selalu dibisiki Malaikat harus selalu ekstra kuat mengadakan JIHADUN
NAFSI berjihad memerangi hawa nafsu dengan cara TAQARRUBUN ILALLAH melalui
MURAQABAH dan MUJAHADAH secara berkala dan istiqamah.
Tentara nafsu adalah bisikan syetan yang tidak
henti-hentinya dihembuskan dengan berbagai macam cara, yang penting bagaimana
manusia dapat dikelabuhinya. Usaha syetan dengan sepak terjangnya menggunakan
berbagai macam cara. Pendek kata empat penjuru mata angin diupayakannya.
QS. Al-A’raf 16-17
“Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya
tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus”,
“Kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat)”.
Saudara yang dirahmati Allah,
Nafsu kegelapan itu menjadi sarana ampuh bagi
syetan untuk membisikkan rayuannya, keberhasilan syetan dalam bisikannya akan
menjadikan manusia berhati madzmumah, maka manusia berprilaku jelek, ujub,
riya’ dan hasud. Tetapi bisikan dan rayuan syetan tidak akan mempan bagi orang
yang beriman, karena orang beriman selalu dijaga hatinya oleh tentara malaikat
dan malaikat selalu setia menjaga hati yang selalu berdzikir atau ingat kepada
Allah, orang yang didampingi malaikat pasti berperilaku Mahmudah dengan sesama
baik dengan Khaliknya dekat, Al-Hasil Nur Allah menyinari hatinya, segala
ucapan dan tingkah lakunya hanya untuk meraih ridha Allah SWT.
Allah berfirman pada Surat Al-Baqarah ayat
257:
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang
kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.”
Apabila seorang hamba mampu menuruti kata
hatinya lalu taat beribadah kepada Allah itu bukan lah semata-mata karena
kemampuannya dalam menahan nafsu dan bisikan syetan, tetapi atas pertolongan
Allah seorang hamba bisa taat beribadah, maka kegembiraan dan kebanggaan hanya
patut untuk Allah kemurnian dan keihlasan beribadah harus selalu terjaga, maka
kalau tidak ibadahnya akan sia-sia.
Ma’asyiral Muslimin Rahima kumullah,
Silatur Rahmi itu adalah perintah Rasul, namun
demikian apabila ajang silaturrahmi itu hanya diperuntukkan kelompok khusus dan
tertentu hanya untuk kelompok Orang kaya yang berderajat dan bermartabat,
sehingga siapapun yang masuk pada kelompok ini akan menaikkan derajatnya
sebagai kelompok wah. Maka nilai luhur silaturrahminya telah tehapus dengan
nilai kesombongannya. Berarti antara pahala dan dosanya inpas bahkan menjadi
bangkrut ibadahnya.
Maka Imam Ibnu Athaillah mengatakan :
“Dia (Allah) membentangkan cahaya yang akan
menjadi bala tentara hati, dan diputus-Nya hubungan yang akan membantu bala
tentara nafsu kegelapan.”
Allah berkenan menyinari hati hamba-Nya dan
memutus mata rantai nafsu hamba-Nya apabila ibadahnya dilakukan penuh ihlas dan
jauh dari sifat ujub dan riya’, yang demikian itulah seorang hamba dikatakan
beruntung karena perniagaan hidupnya tidak merugi karena diwajahnya terpancar
Nur Cahaya Ilahi yang disebabkan keikhlasan hatinya. Nur itu dapat menyejukkan
siapa saja yang memandang karena tidak ada yang menggelayut dihatinya ketika ia
senang ataupun susah sekalipun akibat dari gosokan dan sepuhan riyadhah dan
mujahadah. Sebagaimana firman Allah Surat Ar-Ra’du 28 :
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "BUKAN MALAIKAT ATAU BISIKAN SYETAN"
Posting Komentar