JANGAN MENYIA-NYIAKAN KESEMPATAN
JANGAN MENYIA-NYIAKAN
KESEMPATAN
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
مَا مِنْ نَفْسٍ
تُبْدِيْهِ اِلاَّ وَلَهُ قَدَرٌ فِيْكَ يُمْضِيْهِ لاَ تَتَرَقَّبْ فُرُوْغُ
الأَغْيَارِ فَإِنَّ ذَلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجُوْدِ الْمُرَاقَبَةِ لَهُ فِيْمَا
هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ, لاَ تَسْتَغْرِبْ وُقُوعَ الأَكْدَارِ مَا دُمْتَ فِى
هَذِهِ الدَّارِ فَإِنَّهَا مَا اَبْرَزَتْ إِلاَّ مَا هُوَ مُسْتَحِقٌّ وَصْفِهَا
وَوَاجِبٌ نَعْتِهَا
“Tiada satu tarikan nafaspun
yang dihembuskan, kecuali telah ditentukan takdir untukmu, maka jangan menunggu
habisnya gangguan bayang-bayang makhluk, sebab yang demikian itu akan
menghalangimu dari mawas diri kepada-Nya dalam waktu di mana engkau Dia (Allah)
tempatkan. Dan janganlah kamu heran dengan adanya penderitaan selama engkau
berada di dunia ini, karena sesungguhnya penderitaan muncul karena menjadi
sifat pantasnya atau karakter aslinya”.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Ada dua hal yang sering dilupakan
oleh manusia yaitu ada nikmat “SEHAT DAN KESEMPATAN”, padahal dua hal
tersebut tidak selamanya dimiliki, bertambahnya umur akan semakin berkurang
kesehatan kita. Kesempatan tidak pernah datang dua kali, tetapi cuma sekali,
karena pada kesempatan kedua sudah beda waktu dan beda keadaan. Maka kalau
sempat melakukan kabajikan di malam hari mengapa harus menungu esok pagi...???
Bagi orang yang beriman sadar
dengan sesadar-sadarnya akan ketetapannya umur yang diberikan oleh Allah SWT.
Hamba yang arifin selalu memperhitungkan sehat dan kesempatan yang diamanatkan
Allah kepadanya. Maka sungguh mulya Allah memerintahkan kepada hamba yang
beriman untuk merencanakan dan mengatur waktu dengan perhitungan yang matang
demi kebaikan dihari mendatang. Firman Allah didalam Surat Al-Hasyr ayat 18 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Saudara seiman dan seagama,
Tidak sedetikpun akan dibiarkan
oleh Allah tidak satu nafaspun yang kita hirup dan kita keluarkan kecuali Allah
meminta pertanggung jawaban kepada kita.
اَنْ
عُمْرِهِ فِيْمَا اَفْنَاهُ
“Tentang umur dihabiskan untuk apa
???”.
Umur yang kita terima dari Allah
adalah tergolong nikmat, maka pastilah harus mempertanggung jawabkannya.
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.
Saudara yang dirahmati Allah SWT.,
Hamba yang ma’rifatullah tidak akan
menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, kecuali ia isi dengan berbuat baik, dzikir
dan shalat. Bila lupa atau lengah dari amal kebajikannya, pasti ia berusaha
mengqodo’nya (menggantinya). Walau demikian ia sadar yang digunakan untuk mengqodha’ adalah termasuk waktu yang mubadzir (muspro)
yang seharusnya untuk amal-amal yang lain malah di gunakan mengganti amal yang
pernah dilupakannya.
Saudara...!!! Sebagai sifat kemanusiaan lupa dan
salah itu hal yang wajar, namun demikian hamba yang SALIK (berjalan di
jalan Allah) selalu mawas diri, hati-hati dan ngastiti (bahasa jawa) semua
kejadian baginya adalah ujian yang dapat menaikkan derajatnya bila dihadapi
dengan kesabaran. Apa yang dialami bagian dari sarana taqarrub (mendekatkan) diri
kepada Tuhannya.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan”.
Saudara...!!! Syeikh Imam Al-Jundi mengatakan “Bahwa
Dunia seisinya adalah tempat bersusah payah, tempat fitnah dan bencana”.
Sudah menjadi ketetapan bahwa dunia fana’ ini adalah tempat untuk menanam, siapa
yang menanam benih kebaikan tentu akan panen kebaikan ketika nanti di alam baqa’
(akhirat) sebaliknya akan panen kesusahan dan siksaan manakala di dunia selalu
menanam kejelekan.
Oleh sebab itu bagi hamba yang
arifin memandang dunia sebagai cobaan dan ujian, ia selalu sabar dalam menghadapinya
laksana orang yang sedang mengerjakan lembaran soal selalu hati-hati, jangan
menjawab sembarangan agar lulus dalam ujiannya. Bagi orang yang ma’rifatullah
dunia ini bukan tempat senang-senang, maka walau satu tarikan nafaspun tidak
akan ia sia-siakan dalam keadaan kosong, karena membiarkan jiwa dalam keadaan
kosong akan memberi kesempatan kepada setan untuk mengisinya yang tentunya
dapat melalaikan Allah dan berakibat mencintai selain Allah.
Ma’asyiral Muslmin Rahimakumullah,
Syeikh Abu Turah membagi kecintaan
manusia kepada dunia sebagai berikut :
1. Manusia yang
mencintai dirinya, ia lupa bahwa dirinya itu milik ketamaan dan hawa nafsu.
2. Manusia yang
mencintai rohnya, padahal roh itu bukan miliknya, tetapi milik Allah.
3. Manusia yang
mencintai harta bendanya padahal harta benda itu buka miliknya, tetapi milik
para ahli warisnya.
Maka Maha benar Allah atas
firman-Nya. Surat Al-Ankabut ayat 64 :
“Dan Tiadalah kehidupan
dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat Itulah
yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.
Karena dunia ini hanyalah panggung sandiwara, tipuan, senda gurau
dan main-main, untuk apa mencintainya sampai kelewat batas, rugi sungguh akan
merugi...!!!
Rasulullah SAW. mewasiatkan melalui sahabat Ibnu Abbas :
“Apabila kalian sanggup berbuat kebaikan
karena Allah, ridha dan yakin, kerjakanlah!” Apabila belum mampu, bersabarlah !!!
Ketahuilah bahwasanya dalam bersabar terhadap apa yang kamu tidak suka banyak
sekali kebaikan di dalamnya. Ketahuilah pula pertolongan Allah itu seiring
dengan sabar, keadaan mudah seiring dengan sabar, keadaan mudah seiring dengan
keadaan sukar”.
Memang dunia fana’ namanya, tidak ada yang kekal sifatnya, bahagia-pun hanya sementara,
kenikmatan-pun hanya sesaat. Namun demikian bagi hamba yang ma’rifatullah
kenikmatan dan kebahagiaan juga dirasakan walau sifatnya ujiannya, kadang
urusan dunia baginya dirasa sebagai penghalang untuk mencapai makrifat nur
illahi, itulah dosa namanya, sedangkan dosa-dosa itu tidak boleh dibiarkan
begitu saja. Maka bagi orang yang mencari jalan ridha Allah dosa yang
diperbuatnya selalu ditangisi laksana rindunya yang amat sangat kepada sang
Kekasih, dialah Allah Azza Wajallah. Tangisan tobat menyesali perbuatan dosanya
dapat merontokkan kerak-kerak dosa yang akhirnya dapat cemerlang lagi dan
hatinya bersinar.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "JANGAN MENYIA-NYIAKAN KESEMPATAN"
Posting Komentar