HANYA KEPADA ALLAH TEMPAT KITA BERSANDAR
HANYA KEPADA ALLAH
TEMPAT KITA BERSANDAR
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
مَا تَوَقَّفُ
مَطْلَبٌ اَنْتَ طَالِبُهُ بِرَبِّكَ وَلاَ تَيَسَّرَ مَطْلَبٌ اَنْتَ طَالِبُهُ
بِنَفْسِكَ
“Segala permohonan tidak
akan berhenti (sukar) selama engkau memohon kepada Tuhanmu, dan tidak akan
menjadi mudah bila engkau minta kepada dirimu sendiri”.
Ma’asyiral Muslimin Wal Muslimat
yang di Rahmati Allah SWT.,
Setiap hamba yang bermunajah dan
memohon kepada Allah, bertawakkal dan hanya mengucapkan Allah tempat bersandar
dan menyerahkan dirinya pastilah terkabulkan do’a-do’anya, apa yang jauh akan didekatkan
yang dekat diberikan dan yang sukar pun akan dimudahkan.
Akan tetapi saudara...!!! Apabila
seorang hamba mengharap sesuatu dari Allah mengandalkan ilmu, daya pikir dan
akalnya bahkan ia mengandalkan kemampuan dan kekuatannya, tidaklah mungkin permohonannya
dikabulkan oleh Allah SWT., karena cara yang seperti itu tidak dikehendaki oleh
Allah Ta’ala, karena dianggap sombong yang seolah menandingi kekuasaan Allah.
Oleh sebab itu Allah berfirman di dalam surat At-Taubah ayat 129:
“Maka jika mereka
berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan
yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung".
Saudara seiman dan seagama yang di
mulyakan Allah SWT.,
Suatu hal yang tidak mudah dilakukan ketika berdo’a
kepada Allah ialah menempatkan diri sebagai peminta dan menempatkan Allah sebagai
tempat meminta. Bagi peminta ya harus tahu diri, dan menyadari akan
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan dirinya. Allahlah yang Maha Kuasa dan Maha
Berkehendak. Dirinya hamba yang lemah, yang hina yang tidak ada artinya
dihadapan Allah SWT. Sebab yang terjadi adalah kehendak Allah bukan kehendak
hamba.
Saudara...!!! Hasil tidaknya do’a itu tergantung
kepada hati hambanya, bersih atau tidak...? Bagaimana taat hamba-Nya...? Ketekunan
istiqamahnya...? Sabarkah dia...? Bagaimana kemauan dan ketergantungannya
kepada Allah. Apabila seorang hamba menggantungkan do’anya karena ilmu dan
kekuatan batinnya, harta dan kemampuannya, maka ia akan terputus dari rahmat-Nya
(Allah SWT) dan Allah akan mengembalikan do’a-do’anya kepada si pemohon sendiri
untuk menolong dirinya sendiri, karena Allah menganggap sebagai hamba yang
sombong.
“Dan adapun orang-orang yang enggan dan
menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih,
dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong
selain dari pada Allah”.
Saudara
terkasih karena Allah,
Semua usaha yang kita lakukan hendaklah disandarkan kepada Allah
semata, untuk menggapai kebahagiaan hidup jangan sekali-kali menggantungkan
kepada hasil usahanya. Walau demikian melakukan usaha (ikhtiar) itu bagian dari
ibadah, karena ikhtiar itu merupakan bagian kewajiban bagi seorang hamba. Kalau
hal itu dijalankan berarti manusia akan mendapatkan keuntungan ganda yaitu :
1. Pertama, Dengan usaha ia akan mendapatkan
pahala dan derajat di sisi Allah SWT., bahkan kelak di akhirat akan
dibangkitkan dengan wajah yang bersinar laksana bulan purnama.
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
2. Yang kedua, Allah akan mengganti pahalanya
berupa keuntungan, keuntungan dunia dari apa yang di usahakannya akan
mendapatkan rezeki yang barokah dari Allah walaupun datangnya dilewatkan sebab usaha yang di jalaninya sendiri.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
Tetapi sebaliknya saudara...???
Apabila usaha itu hanya disandarkan atas kemampuannya sendiri, betapa pun usaha
itu telah berhasil, tetap saja manusia itu terjebak kepada kerugian ganda.
1.
Pertama, apabila yang di usahakan itu berhasil akan
menghasilkan dan akan melahirkan perasaan sombong, congkak dan tinggi hati,
karena merasa ini hasil jerih payahku, kalau tidak bekerja mana mungkin akan
bisa jaya dan berhasil seperti saat ini. Inilah kerugian yang nyata, karena
kesombongan inilah yang menjebloskannya ke neraka.
“Dan orang-orang yang di
atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka
mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu
kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat
kepadamu”.
2. Adapun yang ke
dua, Apabila usahanya gagal ia akan mengumpat dirinya sendiri dan putus asa,
karena merasa gagal, terpuruk, malu dilihat orang atau relasinya. Penyesalannya
bahkan akan melebihi apa yang di usahakannya.
Oleh sebab itu saudara...!!! Segala
usaha dan do’a hanya kepada Allah-lah tempat bersandar diri demi mendapatkan
kemudahan dan keberkahan, maka Syeikh Imam Ibnu Athaillah mengatakan: “Segala
permohonan tidak akan berhenti “sukar” selama engkau memohon kepada Tuhanmu,
dan tidak akan menjadi mudah bila engkau minta kepada dirimu sendiri”.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "HANYA KEPADA ALLAH TEMPAT KITA BERSANDAR"
Posting Komentar