MATI DAN HIDUP ADALAH UJIAN
MATI DAN HIDUP ADALAH
UJIAN
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
مَنْ لَمْ
يُقْبِلْ عَلَى اللهِ بِمُلاَطَغَاتِ اْلإِحْسَانِ قِيْدَ إِلَيْهِ بِسَلاَسِلِ
اْلإِمْتِحَانِ
“Barang siapa yang
tidak mau mendekat kepada Allah gara-gara halusnya kebaikan yang Allah berikan,
maka ia akan diseret (dipaksa) dengan rantai cobaan”
مَنْ لَمْ
يَشْكُرِ النِّعَمَ فَقَدْ تَعَرَّضَ لِزَوَالِهَا وَمَنْ شَكَرَهَا فَقَدْ
قَيَّدَهَا بِعِقَالِهَا
“Barang siapa tidak
mensyukuri kenikmatan, maka sungguh ia telah mempersilahkan hilangnya
kenikmatan tersebut. Dan barang siapa mensyukurinya maka sunggu ia telah
menguatkan ikatannya”
Jalan menuju Allah dengan cara dua macam
yaitu:
1.
Pertama, melalui nikmat sehat, cukup
ekonomi, dan fasilitas kebutuhan dilengkapi oleh Allah, dengan jalan ini para
salik semakin dekat dan syukurnya tiada henti, karena sadar dirinya selalu
diperhatikan oleh Allah swt.
هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ
“Ini semua
fadol (anugerah) dari Tuhanku”
Tetapi tidak
sedikit hamba Allah yang diberi kelebihan, malah semakin lupa, semakin
foya-foya harta anugerah-Nya dibuat maksiat, segala kelebihannya untuk
kesombongan dan kecongkaan, maka tidak heran apabila Allah mengambil lagi
nikmat yang telah diberikan. Firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 152:
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ
لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ
“Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
2.
Yang kedua, menuju dan ingat kepada
Allah dengan cara diuji dengan kesusahan, musibah, sakit, atau bangkrut
usahanya. Ketika kaya lupa, ketika sehat foya-foya, ketika menjabat berkhianat,
tetapi jatuh melarat malah bertobat. Al-Qalam ayat 32:
“Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti
kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; Sesungguhnya kita
mengharapkan ampunan dari Tuhan kita”.
Sebenarnya
dalam hidup dan mati itu adalah ujian begitu juga dengan susah dan senang,
semuanya merupakan ujian Allah bagi hamba-Nya. Namun kebanyakan manusia akan
sadar betapa Allah sedang mengujinya dikala susah dan sedih, tetapi jarang yang
sadar apabila dirinya sedang diuji oleh Allah ketika serba berkecukupan,
semuanya hak Allah menguji hamba-Nya apa dengan kesedihan atau dengan
kebahagiaan. Apa ujiannya dengan berkecukupan atau dengan kekurangan semunya
adalah ujian yang harus ditempuh oleh manusia. Firman Allah Surat Al-Mulk ayat
2;
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun,”
Untuk
mengantarkan manusia menjadi arifin adalah mensyukuri segala apa yang telah
dianugerahkan kepadanya. Dengan syukur dapat melahirkan sabar dan rida. Orang
arifin menghadapi segala hal pasti dengan cara husnudzan (memandang dengan
dugaan positif). Apa yang terjadi adalah yang terbaik bagi dirinya. Senang atau
susah, kaya atau miskin itu dianggap sebagai teguran mesra Tuhan-Nya. Ia tak
lupa diri dpalam kecukupannya dan tidak mengeluh dalam kekurangannya.
Maka benar
SYEKH IMAM IBNU ATHAILLAH mengatakan “Barang siapa tidak mensyukuri
kenikmatan, maka sungguh ia telah mempersilahkan hilangnya kenikmatan, dan
barang siapa mensyukurinya lmaka sungguh ia telah menguatkan ikatan”.
Sekarang yang
penting bagaimana menyikapi segala kejadian pada diri kita. Susah itu dianggap
tegur sapa Allah, apa siksa? Bahagia itu sebagai ujian Allah apa karunia? Oleh
sebab itu ASY-SYEKH ABDUL QADIR AL-JILANI mengatakan “Apabila kenikmatan datang
padamu, lmaka sibuklah dirimu dengan dzikir dan syukur. Dan apabila musibah
datang kepadamu, maka sibuklah dengan sabar dan mencari hikmahnya, apabila
engkau ingin lebih tinggi dari itu, maka ridalah dan merasa nikmat dengannya.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya musibah itu tidak didatangkan kepada orang-orang
yang beriman untuk menghancurkannya, akan tetapi untuk sarana komunikasi (Allah
dengan hamba-Nya).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "MATI DAN HIDUP ADALAH UJIAN"
Posting Komentar