MENUNDA AMAL PERTANDA SUATU KEBODOHAN
MENUNDA AMAL PERTANDA SUATU KEBODOHAN
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
اِحَالَتُكَ
الأَعْمَالَ عَلَى وُجُوْدِ الْفَرَاغِ مِنْ رُعُونَاتِ النَّفْسِ
“Menunda beramal (shalih) untuk
mencari yang senggang, adalah termasuk tanda kebodohan diri”.
Adalah sifat dan perwatakan nafsu selalu mencari kesempatan, kelonggaran
dan kesenangan. Menunda-nunda amal (shaleh) adalah kebiasaan nafsu dengan
seribu satu alasan tidak ada waktu karena kesibukan dan tidak cukup tenaga,
capek sehabis kerja.
لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فِى كَبَدِ
“Sungguh Aku ciptakan manusia itu dalam
keadaan sibuk”.
Maka tidak heran kalau banyak
manusia masih suka manunda-nunda amal, mau ikut tahlil nanti saja kalau sudah
tua menjelang ajal tiba. Hendak masuk masjid nanti saja kalau sudah pensiun
dari kerja. Bahkan mau infaq shadaqoh jariyah pun masih janji kalau hartanya
sudah banyak terkumpul. Padahal Rasulullah bersabda:
إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ حَرَمِكَ وَغِنَاكَ
قَبْلَ فَقْرِكَ وَشُغْلِكَ قَبْلَ فَرَغِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سُقْمِكَ
وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Jagalah 5 sebelum datangnya 5 yaitu, jaga
mudamu sebelum tuamu, jaga kayamu sebelum fakirmu, jaga kesempatanmu sebelum
datang kesibukanmu, jaga kesehatanmu sebelum sakitmu dan jaga hidupmu sebelum
datang matimu”.
Saudara seiman
dan seagama...!!!
Manusia hidup
laksana jam dinding atau jam tangan, coba kita lihat...!!! jarum jam tidak akan
pernah berhenti berputar kecuali baterainya habis atau jamnya rusak. Begitu
juga manusia akan berhenti dari kesibukannya kalau sakit atau mati. Kebanyakan
kita lebih tahu sakit jasmani dari pada sakit rohani. Orang yang sakit jasmani
lebih cepat terdeteksi alhasil cepat minum obat atau segera datang ke dokter
atau kepada ahlinya demi kesembuhannya, tetapi bagi yang sakit rohani sulit
mengerti dan menyadari. Suatu misal kerja mati-matian peras keringat banting
tulang tidak kenal waktu siang kerja sibuk mengumpulkan harta benda, malam-pun
ia gunakan waktunya demi tambahan penghasilannya. Sehingga tidak ada sedikit
saja waktunya untuk datang ke majlis dzikir, majelis pengajian bahkan tidak
jarang di antara mereka bukan hanya mengorbankan rohaninya tetapi berdampak ke
pada perekonomiannya.
Saudara yang
dirahmati Allah,
Ketika surut,
sulit, bahkan sekarat perekonomiannya baru sadar, ia terjepit dalam keadaan
sulit perekonomiannya, keriput kulitnya, kropos tulangnya telah tidak berdaya
termakan usia, bahkan tanda tangan dan kebijakannya tidak laku lagi alias telah
purna tugas pensiun dari jabatannya baru ingat kalau sebentar lagi ajal
kematian akan menjemputnya lalu ia datang ke majelis-majelis dzikir, pengajian
dan tempat pertobatan. Inilah fenomena pemandangan alam yang sedang berkembang.
Yang lebih
ironis lagi saudara...!!! Ternyata orang yang datang ke majelis–majelis dzikir
itu bukan untuk mengobatkan ruhaninya tetapi untuk mengobatkan ekonominya yang
sedang kembang kempis laksana “kerakap di atas batu hidup segan mati tak
mau” usahanya sedang melorot bahkan jatuh, jabatannya di copot bahkan di
pecat, baru merengek-rengek minta dinaikkan jabatannya, mohon dilancarkan
perekonomiannya dan minta ini minta itu, pendek kata hanya terjebak dan
berputar-putar disekitar urusan duniawi belaka. Padahal ada yang jauh lebih penting yaitu urusan kematiannya
dan urusan akhiratnya.
قُلْ
إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيْكُمْ ثُمَّ
تُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Katakanlah...!!!
Sesungguhnya kematian yang kamu lari (takut) dari padanya maka sesungguhnya
kematian itu akan memenuhi (menjemput) kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada Allah Yang Mengetahui yang ghaib dan nyata, lalu Dia berikan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan”.
Ma’asyiral Muslimin
wal Muslimat Rahimakumullah,
Kerja
mati-matian, banting tulang peras keringat sejak remaja bahkan sampai tua
renta, kaya belum pasti...!!! bahagia belum pasti...!!! Yang pasti hanya satu MATI...!!!
mengapa kita lari...??? Mengapa kita hindari...??? Itu semua pertanda sedang
mengidap penyakit ROHANI. Buktinya kita mengejar yang tidak pasti, malah yang
pasti kita hindari dan lari dari suatu yang pasti alias KEMATIAN. Oleh sebab
itu Rasulullah bersabda :
أَكْيَسُ
النَّاسِ اَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ وَاَشَدُّ هُمُ اسْتِعْدَادًا لَهُ. اُولَئِكَ هُمُ الأَكْيَسُ ذَهَبُوْا بِشَرَفِ
الدُّنْيَا وَكَرَامَةِ الأَخِرَةِ (رواه ابن ماجه)
“Secerdik-cerdik
manusia ialah yang terbanyak ingat mati serta yang terbanyak persiapannya
mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam
baqa’ dengan membawa kemulyaan akhirat”. (HR.Ibnu Majah).
Saudara...!!! Kita sering terjebak kepada
penyebab kematiannya, mengapa hanya sakitnya yang kita obati dan diantisipasi
sedangkan matinya tidak kita persiapkan. Andaikata kehidupan sesudah
kematiannya lebih diminati niscaya memperbanyak amal selalu kita kerjakan,
pasti tidak akan menunda-nunda waktu mumpung Allah memberi kesempatan di alam
fana’ tempat menanam kebaikan untuk di
panen di alam baqa’ yaitu akhirat yang tidak ada batasnya maka benar Syekh Imam
Ibnu Athaillah berkata “Menunda beramal (shalih) untuk mencari waktu yang
senggang adalah termasuk tanda kebodohan diri”.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to " MENUNDA AMAL PERTANDA SUATU KEBODOHAN"
Posting Komentar