TANDA-TANDA ISTIDRAJ ATAU KARAMAH
TANDA-TANDA ISTIDRAJ
ATAU KARAMAH
Oleh : KH Erfan Aziz, M.Ag
خَفْ مِنْ
وُجُوْدِ اِحْسَانِهِ اِلَيْكَ وَدَوَامِ اِسَاءَتِكَ مَعَهُ اَنْ يَّكُوْنَ
ذَالِكَ إِسْتِدْرَاجًا لَكَ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“Takutlah kamu dari
kebaikan-kebaikan yang diberikan Allah kepadamu dengan masih adanya
kejelekan-kejelekanmu yang menyertai kebaikan itu. Boleh jadi kebaikan itu
hanyalah istidraj untukmu. Sebagaimana firman-Nya: “Nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (kearah kebinasaan) dengan cara yang tidak
mereka ketahui”. (Al-A’raf : 182)
Ada dua bentuk kesenangan yang diberikan oleh
Allah kepada manusia:
1.
Pertama, kesenangan yang diberikan
bersifat kekal atau kesenangan yang haqiqi. Kesenangan ini diberikan kepada
hamba-Nya dari hasil atau buah ibadahnya, melalui riyadah dan mujahadah secara
istiqomah, hari-harinya ia lalui dengan penuh keikhlasan tidak ada harapan
selain rida Allah swt.
Ketika usahanya
sudah melalui segala macam rintangan dan ujian dan Allah nyatakan lulus karena
telah melalui batas-batas tertentu, maka Allah menganugerahkan kehidupan yang
sempurna, segala apa yang diinginkan dan dibutuhkannya Allah cukupi dan Allah
turuti inilah disebut “KARAMAH”. Adapun tanda-tanda “KARAMAH” itu adalah apapun
bentuk pemberian Allah menjadikan dirinya semakin bertaqwa kepada Tuhan-Nya, ia
semakin rajin beribadah dan segala perilaku jeleknya ia ganti dengan tingkah
laku yang baik yakni berakhlak mahmudah. Sebagaimana Firman-Nya An-Nazi’at ayat
40-41:
“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya”,
“Maka
Sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”
Bagi orang
yang mendapatkan “KARAMAH” kebutuhannya Allah cukupi, kelebihan dan kemudahan
dari Allah ia jadikan sarana pengabdian dan penghambaan kepada Khaliqnya.
2.
Yang kedua, Kemudahan dan
kesenangan dari Allah dan bersifat sementara. Kesenangan ini hanya “Memanjakan”
(Bahasa Jawa) “NGELULU”. Orang yang diberi kesenangan sementara ini segala
kebutuhannya dipenuhi oleh Allah. Jalan menuju suksesnya ia lalui dengan
riyadah, mujahadah bahkan uzlah menyepi dan bertapa dengan pati geni (puasa
mutih tidak makan nasi), namun demikian tujuannya bukan rida Allah, tetapi
supaya sakti mandraguna. Tidak heran kalau ia bisa jalan diatas air, menyelam
berjam-jam di dalam air, bahkan kalau perlu setiap shalat lima waktu dapat
shalat ke MEKKAH tanah suci, tetapi hanya ingin dipuji oleh orang, supaya
dianggap orang sakti. Inilah disebut “ISTIDRAJ” (kelebihan dan kesenangan
sementara) tidak kekal, dan hanya kesenangan dunia, di akhirat Allah campakkan
kedalam nerakanya.
Firman Allah
swt. Al-An’am ayat 44 :
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang
telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka
ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
Sekarang yang
perlu kita pahami, apakah kesenangan dan tercukupinya segala kebutuhan kita
tergolong “KARAMAH” atau “ISTIDRAJ”?
Yang bisa
menjawab adalah hati kita masing-masing, karena apa yang kita usahakan ini
untuk rida ilahi atau pemuas diri sendiri.
Sebenarnya
tanda-tanda yang paling mudah untuk membedakan KARAMAH apa ISTIDRAJ adalah
manakala anugerah Allah bisa menjadikan semakin bersyukur dekat dengan Allah,
tidak lupa diri dan tidak tinggi hati selalu mawas diri dan semakin wira’i
itulah namanya “KARAMAH”. Sebaliknya fasilitas kemudahan dan kecukupan yang
Allah berikan menjadikan kita gembira dan lupa diri, malah semakin jauh dari
Allah, semakin congkak dan sombong, berarti Allah memanjakan dan “NGELULU”
(Bahasa Jawa). Itulah “ISTIDRAJ” namanya. Dan bersiaplah tidak lama lagi
siksa-Nya akan datang. Sebagaimana Firman-Nya Surat Al-A’raf ayat 182-183 :
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah
kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”.
“Dan aku
memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat teguh”.
Maka sungguh
benar SYEKH IMAM IBNU ATHAILLAH mengatakan “Takutlah kebaikan-kebaikan
yang diberikan Allah kepadamu dengan masih adanya kejelekan-kejelekanmu bersamanya,
boleh jadi kebaikan itu hanyalah istidraj untukmu (dimanjakan sementara untuk
disiksa).”
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "TANDA-TANDA ISTIDRAJ ATAU KARAMAH"
Posting Komentar