BERBAIK SANGKALAH KEPADA ALLAH - . -->

BERBAIK SANGKALAH KEPADA ALLAH

BERBAIK SANGKALAH KEPADA ALLAH
 OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang



إِنْ لَمْ تُحْسِنْ ظَنَّكَ بِهِ ِلأَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِّنْ ظَنَّكَ بِهِ لِوُجُوْدِ مُعَامَلَتِهِ مَعَكَ فَهَلْ عَوَّدَكَ اِلاَّ حَسَنًا وَهَلْ أَسْدَى إِلَيْكَ اِلاَّ مِنَنًا
“Jika engkau tidak bisa berbaik sangka kepada Allah karena keindahan sifat-sifat-Nya, maka berbaik sangkalah melalui segala kebaikan yang sudah diperbuat-Nya kepadamu. Bukankah Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik ? Dan bukankah Dia senantiasa memberimu nikmat ?”.

Berbaik sangka kepada Allah itu dibagi dua cara yaitu:
1.  Yang pertama, Cara yang umum yaitu dengan cara mengenal Allah melalui mengingat dan memahami-Nya akan sifat Rahman-Rahim-Nya Allah, bahwa Allah terlalu banyak mengaruniai nikmat kepada hamba-Nya yang tentunya tidak akan pernah bisa menghitungnya bila hamba-Nya mau menghitung. Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 34 :

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
Nikmat Allah sungguh sangat banyak, alam telah dipersiapkan untuk manusia berupa bumi, air minyak, binatang ternak, udara segar dan lain sebagainya. Manusia hidup dapat menikmatinya, semua ini pemberian Allah, oleh karenanya bagi hamba yang awam pantaslah kalau berkhusnudzon (berbaik sangka) kepada Allah.
Segala macam musibah, gunung meletus, sungai banjir, dan tebing longsor, bahkan air laut pasang berlebihan, ombak menyapu daratan, sunami banyak menelan korban dan sebagainya. Kejadian inipun bagi orang awam yang beriman tetap saja akan ber-husnudzon kepada Allah. Sebab Allah tidak akan menyengsarakan hambanya. Semua yang terjadi adalah sebab ulah tangan manusia sendiri. QS. Ar Rum ayat 41 :
 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
2.  Yang kedua, Berprasangka baik kepada Allah bagi orang khusus, golongan ini adalah kelompok orang-orang yang taat kepada Allah, kelompok orang ahli ibadah, para ulama’, waliyullah dan lebih-lebih para Nabi dan Rasul Allah.
Pendekatan husnudzonnya adalah mereka sangat merasakan betapa anugerah Allah sungguh sangat melimpah, segala apa yang dialaminya baik suka maupun duka adalah nikmat dan karunia-Nya.
Mereka para arifin tidak pernah berkeluh kesah pada apa yang dialaminya, mereka menerima dengan syukur dan penuh harapan kepada Allah. Mereka yakin akan sifat-sifat Allah Maha bijak, Maha Kasih dan Maha Sayang. Sifat Al-Jamal dan Al-Kamal-Nya Allah tidak akan mungkin bila ia akan menyusahkan hamba-Nya. Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Hanya menusianya saja yang tidak dapat mengambil hikmah atas teguran, sapaan dan ujian Allh Swt. Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 216 :
 “Boleh  jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Untuk berprasangka baik kepada Allah dalam kondisi apapun diperlukan keyakinan dan keimanan yang mantap. Ibarat seorang pasien yang yakin dan mantap kepada dokter yang mengobatinya berapapun biaya dan bahaya apapun resiko yang dihadapinya ia tak gentar dan tidak bimbang, walau harta dan nyawapun sebagai taruhannya. Pertanyaannya sekarang “Mengapa pasien rela dan mau berkorban sedemikian hebatnya ?”. Jawabannya adalah :
1.  Pertama, Si pasien telah meletakkan dan menyerahkan dirinya kepada dokter dengan keyakinan yang kokoh, bahwa hanya dia (dokter) lah yang bisa mengobati penyakitnya.
2.  Kedua, Si pasien telah ber-husnudzon (berbaik sangka) kepada sang dokter, toh walau di suntik, dibedah, bahkan diamputasi bagian tubuhnya sang dokter tidak ada niat untuk menyakiti, tetapi demi sembuh dan amannya si pasien.

Saudara seiman dan seagama
Seorang hamba yang beriman seharusnya lebih mampu berbaik sangka kepada Allah SWT. Sebab sekali lagi apapun bentuk kehidupan susah dan senang itu adalah bentuk kasih sayang Allah. Kalau sudah mampu berbaik sangka kepada-Nya maka seorang hamba yang arifin selalu menghadapi hidupnya adalah ujian keimanan. Jadi tidak senang berlebihan dikala mendapati kemudahan dan tidak susah dan tidak sedih berlebihan pada saat mengalami kesulitan semuanya dianggap ujian iman. Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 2-3 :
 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ?”.
 “Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.

Saudara seiman dan seagama,
Allah menganugerahkan sesuatu kepada hamba-Nya tergantung kepada do’a dan prasangka hamba-Nya. Rasulullah Saw. bersabda di dalam hadits Qudsinya :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ الله عَزَّ وَجَلَّ اَنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِى بِى وَاَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكُرُنِى اِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى وَاِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلاَءِ ذَكَرْتُهُ فِى مَلاَئِهِمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. berkata : Bersabda Rasulullah Saw . Allah Swt berfirman : Aku adalah mengikuti bagaimana persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku juga akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu kaum, niscaya Aku juga mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik dari pada mereka”.
وَاِنْ تَقَرَّبَ مِنِّى شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَاِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَاِنْ أَتَانِى يَمْشِى اَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري ومسلم)

“Apabila dia mendekati-Ku dalam jarak sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepada-Ku dalam keadaan berjalan niscaya Aku akan mendatanginya dengan berlari”.

 DAFTAR PUSTAKA

1.     Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah Al-Assakandary.
2.     Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.     Percikan Samudra Hikam, Muhammad Luthfi Ghozali.
4.     Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.     Al-Qur’an Tafsir Perkata, Al-Hidayah.
6.     Shahih Bukhori, Percetakan Al-Hidayah.
7.     Shahih Muslim, Percetakan Al-Hidayah.
8.     Mutu Manikam dari Kitab Hikam, Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.     Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.


0 Response to "BERBAIK SANGKALAH KEPADA ALLAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel