DUA JENIS AMAL PERBUATAN MANUSIA
DUA JENIS AMAL PERBUATAN
MANUSIA
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
مَاقَلَّ
عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ زَاهِدٍ وَلاَكَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ رَاغِبٍ
“Amal yang berasal dari hati dengan penuh keikhlasan (zuhud) tak
dapat dianggap sedikit, dan amal yang berasal dari hati penuh ketamakan
(raghib) tak dapat di anggap banyak”.
Qariin Qariat yang dimulyakan Allah,
Batang tanaman
yang sehat akan menghasilkan buah yang sehat dan melimpah, sebaliknya kalau
tanaman tersebut terserang hama atau wereng atau penyakit-penyakit yang lain
dapat dipastikan hasil buahnya tidak maksimal justru akan gagal panen.
Saudara yang
dimulyakan Allah,
Imam Ibnu
Athaillah membagi dua model amal ibadah yang dilakukan oleh manusia yaitu Pertama,
Amal Ibadah yang dilakukan oleh orang yang zuhud. Yaitu orang yang tidak
bergairah tidak tamak akan urusan dunia, bukannya mereka miskin harta, bukannya
mereka sama sekali tidak ngurusi dunia, tetapi Az Zahid atau orang zuhud
itu hidupnya bergelimang harta bahkan kekuasaannya, jabatan atau lebel apapun
mereka miliki namun demikian hatinya tidak terkait dengan seluruh
kepemilikannya itu, sehingga hatinya tidak cenderung pada urusan duniawi, mereka
mampu mengatur hatinya untuk mengoptimalkan kepemilikannya untuk kepentingan
ukhrowi. Az Zahid orang yang zuhud itu prinsipnya hanya mencari
kebahagiaan akhirat, dunia mereka anggap kebahagiaan sesaat. Sebagaimana firman
Allah surat As-Syuura 36 :
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu
adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan
lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka,
mereka bertawakkal”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Yang dikatakan zahid atau zuhud itu adalah
orang yang tidak grengseng (Bahasa Jawa) pada harta urusan dunia. Kalau
toh ada yang mengahlikan wirid, bermujahadah atau riyadhah tetapi tujuannya
ingin memiliki kekayaan atau mendapatkan jabatan tertentu orang tersebut belum
bisa dikatakan zahid atau zuhud, karena dihatinya masih ada rasa atau ingin
memiliki sesuatu urusan keduniawian.
Sebenarnya yang menandai kezuhudan seseorang
itu dapat dilihat dari amaliah pekerjaannya. Orang yang zuhud itu lebih banyak
beramal atau memberi dari pada menyuruh orang lain beramal. Maka seorang ulama’
atau Kiyai atau Ustad sekalipun kalau masih menyuruh jama’ahnya untuk
beramal atau memberi sesuatu supaya jama’ahnya di doai supaya terbebas dari malapetaka
atau mudah rejekinya lalu shadaqahnya supaya diserahkan pada dirinya (pemuka
ummat) itu belum dianggap orang yang zuhud, karena ia masih mengharapkan
sesuatu atau masih melirik pada keuntungan dunia, orang yang macam begini
hatinya masih tersita akan urusan dunia.
Bagi az Zahid segala tindakannya
terkontrol melalui hatinya, amal ibadahnya tidak ada lain kecuali untuk Allah
Swt.
“Sebenarnya mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan
yang demikian itulah agama yang lurus”.
Maka tidak heran bagi orang yang zuhud apabila
melakukan kegiatan amal ibadah walau sedikit sekalipun akan bernilai banyak,
karena hanya dihadapan Allah lah ibadah itu berarti.
Yang Kedua, Adalah amal
ibadah yang dilakukan orang yang Raghib yaitu orang yang tamak tidak
pernah ada puasnya akan urusan dunia.
Memang kadangkala orang raghib itu tampak
sebagai agamawan banyak beramal, tetapi aktifitasnya hanya sebagai bungkus
kemunafikannya. Tidak sedikit golongan ini getol menganjurkan orang bahkan
Nampak sebagai pemimpin mujahadah dan riyadhah, mereka turun naik dari panggung
ke panggung sebagai pendakwah namun demikian amalnya habis karena sikap
raghibnya. Mereka sibuk mencari simpati orang lain supaya jama’ahnya tertarik
kepadanya, ujung-ujungnya material yang diharapkannya.
Orang-orang yang raghib suka mempertontonkan
amaliyah lahir tapi sayang kering krontang dari nur cahaya Allah Swt. Maka
tidak heran apabila ada orang lain yang muncul dianggap lawan atau pesaing yang
dapat meruntuhkan kepercayaan ummat kepadanya. Hatinya diliputi gundah gulana
dan mati-matian mempertahankan derajat dan martabatnya. Al-hasil terjangkit
penyakit hati, iri , dengki, riya’ dan ujub, maka fitnah dan gossip dengan
sesama tokoh tidak segan-segan mereka lakukan.
Allah mengingatkan di dalam surat An-Nur ayat
15 :
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita
bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak
kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”.
Sungguh amat merugi bagi orang yang raghib.
Betapapun amalnya banyak, akan tetapi tiada arti dihadapan Allah SWT. bahkan
berapapun banyaknya amal ibadah dianggap sedikit, bahkan bisa-bisa menjadi
orang bangkrut di akhirat, karena banyaknya tuntutan dari orang lain disebabkan
ulahnya ketika di dunia.
Bukankah amal ibadah itu buahnya dapat di
lihat di akhirat, karena urusan akhirat pastinya dapat dinikmati setelah
kematian. Jadi ada apa ibadah ditampakkan hanya untuk mengejar urusan duniawi
yang jelas-jelas akan kita tinggalkan. Maka jadikanlah ibadah ini yang kekal
abadi dan buahnya dapat kita nikmati sepanjang masa yaitu di akhirat kelak yang
tiada batas dan tiada tepi kekal abadi Abadan Abadan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "DUA JENIS AMAL PERBUATAN MANUSIA"
Posting Komentar