BILA AWAN KELAM MENGHALANGI SINAR MA’RIFAT
BILA AWAN KELAM MENGHALANGI SINAR MA’RIFAT
OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota
Malang
الْكَوْنُ كُلُّهُ ظُلْمَةٌ
وَاِنَّمَا اَنَارُهُ ظُهُوْرُ الْحَقِّ فِيْهِ فَمَنْ رَأَى الْمُكَوَّنَ وَلَمْ
يَشْهُدْهُ فِيْهِ اَوْ عِنْدَهُ اَوْ قَبْلَهُ اَوْ بَعْدَهُ فَقَدْ اَعْوَزَهُ
وُجُوْدُ الأَنْوَارِ وَحُجِبَتْ عَنْهُ شُمُوْسُ الْمَعَارِفِ بِسُحُبِ الاَثَارِ
“Alam
ini serba gelap, ia terang hanyalah tampaknya Allah di dalamnya, siapa melihat
alam namun tidak menyaksikan Tuhan di dalamnya, padanya, sebelumnya, atau
sesudahnya, maka ia benar-benar memerlukan
cahaya dan “surya” ma’rifat teralingi baginya oleh “awan” benda-benda ciptaan”.
Ma’asyiral
Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Pada hakikatnya
semesta ini tercipta dari Nur Ilahi, bila tidak kondisi aslinya akan gelap
gulita tak ada secercah lentera yang dapat membias terang, namun demikian perwujudan
alam ini dapat membiaskan cahaya dan bayang-bayang. Adapun bayangan alam
semesta ini tergantung pada amal perbuatan dan tantangan hati, apabila tinggi
bayangannya panjang, dan bila gemuk benda tersebut bayangannya tampak besar.
Begitu juga amal
perbuatan kita akan nampak sesuai dengan baik buruknya. Ingin menghasilkan
bayangan baik indah dan bagus, maka berbuatlah yang baik sesuai syariat-Nya
(Allah Azza Wajalla), karena bayangan amal perbuatan tidak pernah berbohong dan
pasti akan di perlihatkan dan di pertanggung jawabkan. Bukankah Allah telah
berfirman. Di dalam Surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
“Maka barang siapa berbuat kebajikan (walau)
sebesar biji sawi pun akan di tampakkan,
dan barang siapa berbuat kejelekan (walau)
sebesar biji sawipun akan di perlihatkan”.
Maka
Saudara...!!! Berbuatlah amal shalih dan shalihat demi mendapatkan bayangan indah
ketika kelak dihadapkan di meja pengadilan yang seadil-adilnya.
Syaikh Imam Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Barang siapa
melihat alam namun tidak menyaksikan Tuhan di dalamnya, padanya, sebelumnya,
atau sesudahnya, maka ia benar-benar memerlukan cahaya”.
Saudara seiman dan seagama,
Bukankah dunia ini
di ciptakan hanya sebagai permainan dan tipuan QS. Al-Ankabut ayat 64 :
“Dan bukankah kehidupan dunia ini hanya sebagai
tipuan dan permainan dan sesungguhnya kehidupan akhirat adalah kehidupan yang
nyata, tetapi kamu semua tidak mau mengetahui”.
Saudara yang di kasihi Allah SWT.,
Bagi seorang salik
(yang mencari jalan kebenaran) melihat alam fana tidak silau, tidak mudah
terkontaminasi dengan hijau ranaunya dunia, kerlap–kerlipnya dunia,
hingar-bingarnya alam semesta raya dianggap sebagai hiasan kamuflase sekedar
life servise tipuan belaka, seolah-olah air itu yang menawarkan kesejukan dan pemuas
dahaga di siang bolong, ternyata hanya bayangan fatamorgana belaka.
الدُّنْيَا سِجْنٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“ Dunia ini penjara bagi
orang-orang beriman”
Sebaliknya saudara...!!!
Bagi orang-orang
tidak peka pada ajaran agama, maka dunia di pandangnya sebagai pemuas nafsunya,
dunia adalah segalanya, laksana orang kehausan yang meminum air laut, semakin
banyak meminumnya semakin haus, itulah gambaran orang tamak yang tak pernah
puas selalu kurang dan kurang akan nikmat Tuhan, maka tidak heran bila
Rasulullah mengandaikan “Andai kata
manusia di beri emas segunung dan punya perhiasan yang masih memenuhi lembah
dan jurang, tentu mereka masih ingin mencari gunung dan lembah-lembah yang
lainnya”. Demikian Syeikh Imam Ibnu Athaillah mengatakan : “Ia benar-benar
memerlukan cahaya”. Cahaya yang di
maksud adalah Nurullah, Hidayah dan Ma’unah
Allah.
Adapun Nurullah,
Hidayah dan Ma’unah Allah tidak mudah untuk didapatinya, tetapi perlu proses
panjang dengan mengadakan perjalanan spiritual, riyadhah dan bermujahadah
dengan tahapan–tahapan yang telah di bahas sebelum bab ini.
Memang saudara...!!! Langkah-langkah untuk mencari ma’rifatullah harus kita tempuh
supaya “Surya
ma’rifatullah tidak teralingi oleh awan benda-benda ciptaan”. Demikan
Imam Ibnu Athaillah menjelaskan.
Saudara seiman
dan seagama yang di muliakan Allah SWT.,
Apabila awan kelam
datang telah menghalangi datangnya cahaya Allah, sungguh berbahaya. Mengapa...???
Sebab apabila manusia jauh dari petunjuk Allah gerak dan langkahnya selalu
salah dan dosa, mata hatinya buta dan akan menjadi raja tega tidak peduli pada
sesama dan acuh tak acuh kepada kejadian-kejadian yang dihadapinya. Itulah
manusia yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Sebagaimana Firman Allah di dalam
surat Al-Jatsiyah ayat 23 :
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan Ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat) maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”.
Demikian semoga
bermanfaat. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah
Al-Assakandary.
2.
Kitab Al-Hikam, Terjemahan bahasa
jawa, Misbah bin Zaini Musthofa.
3.
Percikan Samudra Hikam, Muhammad
Luthfi Ghozali.
4.
Al-Hikam Rampai Hikmah, Ibnu
Athaillah, Syehk Fadhalla Haeri.
5.
Al-Qur’an Tafsir Perkata,
Al-Hidayah.
6.
Shahih Bukhori, Percetakan
Al-Hidayah.
7.
Shahih Muslim, Percetakan
Al-Hidayah.
8.
Mutu Manikam dari Kitab Hikam,
Ikhtisar Abu Hakim dan Kartowiyono, Lc.
9.
Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits, Ahmad Muhammad Yusuf, Lc.
0 Response to "BILA AWAN KELAM MENGHALANGI SINAR MA’RIFAT"
Posting Komentar