DUA MACAM KEDUDUKAN MANUSIA
OLEH : Dr. KH Irfan
Aziz, M.Ag
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang
اِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ
مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ اْلخَفِيَّةِ -
وَإِرَادَتُكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى التَّجْرِيْدِ إِنْحِطَاطٌ
عَنِ اْلـهِمَّةِ
اْلعَلِيَّةِ
“Keinginanmu
untuk menggapai maqom tajrid (selalu beribadah tanpa melihat kepentingan dunia)
padahal Allah menjadikan engkau pada golongan asbab (yang berusaha mencari
kasab) adalah merupakan keinginan hawa nafsu yang halus (samar). Sebaliknya
keinginan dalam berusaha yaitu (memenuhi kebutuhan duniawi) padahal Allah
menjadikanmu yang demikian itu berarti merupakan kemunduran dari semangat
cita-cita yang tinggi”.
Ma’asyiral Muslimin-Muslimat yang
berbahagia,
Kedudukan manusia oleh Allah dibagi
dua yaitu:
1.
Maqom Tajrid yaitu kedudukan manusia yang
sumber rezekinya (kebutuhan hidupnya) oleh Allah dimudahkan, sumber rezekinya
datang sendiri dengan tanpa harus mencari (berikhtiar) toh walaupun ada
sebab-sebab kedatangannya, tetapi Allah datangkan secara mudah. Contohnya, para
ulama’ yang setiap harinya disibukkan
dengan urusan santrinya, jamaahnya, ummatnya dan
keluarganya, sehingga tidak kebagian waktu untuk mengurusi sumber rezekinya,
ternyata rezeki dan kebutuhannya tercukupi, bahkan kadang-kadang melebihi
kebutuhan orang-orang yang sibuk pontang–panting mencari rezeki untuk menafkahi
keluarganya.
Bagi maqom tajrid, hamba yang ma’rifatullah tidak selalu dengan
nikmat Allah yang di limpahkan kepada
orang lain dan selalu menganggap cukup (qona’ah) apa yang di berikan Allah
kepadanya sikap Zuhudnya sangat kuat, ia tidak neko-neko hidup dalam kesederhanaan.
“Dan janganlah kamu tujukan
pandangan matamu kepada kenikmatan yang
telah kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka (sebagai) bunga
kehidupan dunia agar kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu
lebih baik dan lebih kekal” (Q.S.Taha: 131)
Saudara seiman dan seagama,
Syaikh Ibnu Athaillah mengingatkan
kepada kita sekalian jangan sekali-kali berkeinginan pindah maqom, kalau kita
sudah berada di maqom tajrid (dimudahkan) segala urusan rezekinya, lalu ketika
Allah mengujinya dengan kesulitan lantas berkeinginan mengusahakan sumber
rezekinya, maka kita turun derajatnya dari derajat yang tinggi kederajat yang
rendah.
Saudara...!!!
Allah tidak akan tinggal diam untuk
selalu menguji hambanya untuk menjadi manusia terbaik disisi-Nya.
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُتْرَكُوْا اَنْ يَقُوْلُوْا
أَمَـنَّا وَهُـمْ لاَيُفْـتَنُوْنَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka itu dibiarkan (saja) mengatakan “kami
telah beriman sedang mereka sedang di uji?”
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ الله الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَذِبِيْنَ
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (QS. Al-Ankabut : 2-3)
Memang saudara…!!! Sumber rezeki hamba yang bertajrid
itu tidak selamanya lancar, laksana cuaca alam kadang hujan deras sederas
rezekinya, kadang gerimis rintik-rintik rezekinya pun hanya setitik-titik tidak
banyak, hanya sekedar untuk hidup. Dan tidak aneh bila cuaca ekstrim panas kerontang,
gersang kering yang amat sangat, begitu juga hamba yang bertajrid rezekinya
sangat sulit, ekonomi menghimpit, anak sakit, istri menuntut, tempat tinggal
harus dibenahi. Tetapi jangan sekali-kali mengeluh. Hamba Allah yang bertajrid
tawakkalnya luar biasa, dia tidak mau menggantungkan hidupnya pada makhluk,
tetapi kepada khaliknya. Rasulullah SAW. bersabda :
يَارَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ
اَحَبَّنِىَ اللهُ وَاَحَبَّنِىَ النَّاسُ - فَقَالَ اَزْهَـدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبُّكَ
اللهُ, وَاَزْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ.
(حديث حسن رواه
ابن ماجه)
“Ya Rasulullah tunjukkan kepadaku amal perbuatan yang apabila
aku kerjakan di sukai Allah dan di sukai orang??? Jawab Rasulullah : Berzuhudlah
di dunia, maka engkau dikasihi Allah. Dan berzuhudlah di antara sesama manusia,
maka engkau akan di sukai manusia”
(HR. Ibnu
Majah).
Saudara Hadirin Rahimakumullah,
Berikutnya kedudukan manusia yang ke-2
2.
Maqom Asbab
Adapun maqom asbab adalah seorang hamba yang rezekinya tidak
didatangkan kecuali melalui sebab-sebab yang diusahakan dan di ikhtiari, mereka
harus berusaha dahulu mencari dan menciptakan peluang supaya terbuka baginya
sebab-sebab kemudian di tindak lanjuti dengan amal.
Saudara...!!!
Bagi hamba Allah yang bermaqom Asbab harus berjuang sungguh-sungguh untuk
mencari ridha Allah swt. Q.S. Al-Ankabut : 68.
“Dan orang-orang yang
bersungguh-sungguh (mencari keridhaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik”.
Saudara seiman dan seagama,
Di mana letak perbedaan kedua maqam
ini...??? Jawabnya adalah QS. Ali Imran ayat 159.
“Apabila engkau sudah membulatkan tekat,
hendaklah kamu tawakkal kepada Allah, sesungguhnya Allah suka kepada
orang-orang yang bertawakkal”.
o Kalau maqom
tajrid bertawakkal dulu, kalau sebab-sebab sudah tampak lalu membulatkan tekad
(berazam) untuk melalukan ikhtiar.
o Maqom asbab
membulatkan tekad (berazam) dahulu dengan mengusahakan sumber rezeki dengan
benar dan sungguh-sungguh baru kemudian bertawakkal.
Ibarat
permainan bola saudara...!!! Bagi maqom tajrid itu menunggu bola datang baru
kemudian di tendang ke gawang. Tetapi maqom asbab mencari bola dulu kemudian di giring lalu di tendang
ke gawang dan GOOOAAALLL!!!!!!!
SEMANGAT TAK BISA
MENGALAHKAN TAQDIR
Ma’asyiral
Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Pada
kesempatan yang baik ini kita akan membahas
tentang TAQDIR ALLAH yang merupakan keputusan perogratif, tentunya apa
yang di maui Allah tidak ada yang bisa menghalangi-Nya.
Imam Ibnu
Athaillah dalam mutiara hikmahnya dalam kitab Al-Hikam berpendapat :
سَوَابِقُ
الْهِـمَمِ لاَتَحْـرَقُ الأَسْوَارَ الأَقْـدَارِ
“Semangat
yang menggelora tak akan mampu menembus benteng taqdir”.
Saudara Hadirin wal Hadirat yang
saya hormati,
Betapa pun
telah banyak energi yang kita gunakan untuk mencapai tujuan tetap saja tidak
akan pernah tergapai cita-cita tersebut apabila tidak sesuai dengan kehendak
Allah, kita tidak akan pernah memenangkan kehendak kita di atas kehendak Allah,
Allah-lah yang mengatur alam baik secara kasat mata atau yang tak kasat mata dan yang menetapkan taqdir kita semua. Di dalam
HR. Imam Bukhori dijelaskan “Bahwa setiap orang di kumpulkan pembentukannya
dalam rahim ibunya dalam waktu 40 hari berupa nuthfah, kemudian 40 hari berupa
segumpal darah, lalu 40 hari kemudian menjadi sekerat daging, lantas ditiupkan
ruh oleh malaikat dan Allah tetapkan 4 hal yaitu rizkinya, ajal atau umurnya,
perbuatannya dan celaka atau bahagianya. Dengan ketentuan di atas hendaknya
seorang hamba yang akan berma’rifatullah mau menerima ketentuan tersebut dengan
sabar dan tawakkal. Firman Allah QS.At-Taubah: 51
“Katakanlah
(Muhammad) tidak akan menimpa melainkan apa yang telah di tetapkan oleh Allah
kami dan hanya kepada Allah bertawakkallah orang-orang yang beriman “.
Seorang Salik
(yang mencari ridha Allah) selalu bersungguh-sungguh menggapai ridha Allah ia
mengembara ruhaniahnya secara total, ia selalu berinovasi di dalam metode
pendekatan dengan pelaksaan pengabdiannya demi tercapainya keimanan yang
hakiki.
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Ankabut :69).
Saudara..!!!
Model dan
macam pengembaraan ruhani itu banyak caranya, ada yang sampai berlebihan
sekalipun, ia melupakan keluarga anak dan istrinya mengorbankan kepentingan
duniawi, itu dilakukan kadang sendirian menyepi ke gua-gua, kadang-kadang
secara berjama’ah kelompok-kelompok kecil sambil mabit dan i’tikaf di
masjid-masjid mengasingkan diri dari dunia ramai, bahkan tidak jarang kita
jumpai di komplek makam para wali dan kuburan angker sekalipun. Namun demikian
usaha tersebut untuk menggapai urusan agama, dunia, dan akhirat tak akan pernah
mampu menembus batas apa yang telah di gariskan oleh Allah yang bernama taqdir.
Oleh sebab itu Syeikh Ibnu Athaillah mengingatkan kita “Semangat
yang menggelora tak akan mampu menembus benteng takdir”.
Saudara kaum Muslimin
Muslimat yang dirahmati Allah,
Seorang yang
mencari ridho dan ma’rifatullah selalu berusaha memahami dirinya, segala
kelebihan dan kekurangannya selalu di evaluasi, laksana petani yang kadang
sukses panen ada kalanya gagal panen. Petani yang cerdas selalu mengevaluasi
apa penyebab sukses dan gagalnya dimasa panenya, maka petani perlu adanya
pemilihan benih yang VUTW (varitas unggul tahan werreng). Jenis olahan tanahnya
yang tepat, memilih pupuk yang tepat dan pengolahan yang benar dan tidak lupa pada
musim yang cocok, usaha itulah sebagai landasan untuk menuju sukses, namun
demikian seorang hamba tidak dapat menjamin kesuksesan dan keberhasilannya,
kecuali menunggu keputusan dan taqdir Allah.
Saudara...!!!
Segala usaha
dan upaya seorang salik (pencari
kebenaran) selalu akan tunduk pada sunnatullah, seorang hamba yang berusaha
dan berupaya tidak lepas dari keputusannya bahkan apapun yang di hadapinya
dianggap sebagai sarana berfikir dan berdzikir. Karena Allah berfirman QS. Ali
Imran:190.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal”.
Menanam benih
itu tidak hanya pada tanah orang, tetapi lebih penting benih di tanam pada
tanahnya sendiri, yaitu pada dada dan
hati kita sendiri, dengan dzikir dan fikir bermujahadah dan riyadhah untuk
mendapatkan sebab-sebab takdir Allah, ketika hamba menyatukan semangatnya dalam
ikhtiar dan berdo’a yang bersamaan dengan ketentuan dan takdir Allah di situlah
tumbuh dan kembangnya kesuksesan akibat menyatukan perbuatan seorang hamba yang
majasi dengan perbuatan sang Kholiq (pencipta) yang hakiki. Itu pun karena
kehendak Allah semata.
“Dan kamu tidak dapat menghendaki sesuatu
kecuali apabila di kehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. At Takwiir :29)
Orang sufi bilang :
اَنَا اُرِيْدُ وَاَنْتَ تُرِيْدُ وَاللهُ فَعَّالُ لِّـمَا يُرِيْدُ
“Aku
menghendaki engkaupun menghendaki dan Allah –lah yang menentukan kehendak.”
0 Response to "DUA MACAM KEDUDUKAN MANUSIA"
Posting Komentar