HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH
HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang
إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ
التَّعَرُّفِ فَلاَ تُبَالِ مَعَهاَ اِنْ قَالَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا
لَكَ اِلاَّ وَهُوَ يُرِيْدُ اَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ
“Apabila
Allah berkehendak membukakan wijhah (pemberian Allah pada hati) mu untuk
menerima ma’rifat, maka tidak peduli lagi walau amalmu
hanya sedikit, karena sesungguhnya jika Allah
telah membukanya semata-mata karena Allah berhendak
memperkenalkan diri-Nya kepadamu”.
اَلَمْ تَعْلَمْ
اَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالأَعْمَالُ اَنْتَ مُعْدِيْهَا
اِلَيْه وَاَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ اِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ
“Ketahuilah bahwa
sesungguhnya ma’rifat itu didatangkan untukmu, dan amalmu adalah bentuk
persembahan untuknya, maka mana yang
lebih tinggi nilainya bagimu, apa yang datang darimu apa yang di datangkan
(oleh Allah) kepadamu???”.
Saudara Hadirin yang berbahagia,
Kita tidak bisa mengukur seluruh kemurahan Allah atau membandingkannya
dengan pengorbanan dan amal-amal saleh kita, apapun yang kita persembahkan
dengan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita, tindakan dan amal kita
hanyalah sebagai tanda dan pendahuluan untuk menyingkap dan memahami rahmat
Nya.
Mustami’in Mustamiat Rahimakumullah,
Memahami dan mengerti tentang Allah SWT. itulah yang di namakan Ma’rifatullah. Orang yang berma’rifatullah akan
semakin mantap dan nikmat dalam ibadahnya oleh karenanya ingin selalu
memperbanyak ibadahnya, buah hasil ibadahnya akan terasa indah menakala bisa
berhubungan harmonis dengan sesamanya.
Saudara...!!!
Ma’rifat bagi seorang hamba diperlukan dalam beribadah dan beramal, sebab
dengan demikian ia akan sampai pada tingkatan seorang hamba yang “Haqqul Yaqin”, karena ia mengetahui bahwa Allah itu ada tanpa
adanya bantuan keilmuannya dan pengamatannya. Ada kalanya seorang meyakini
adanya Allah dengan pendekatan ilmunya, ia lakukan penelitian, lalu hidayah
turun kepadanya itulah namanya derajat “Ilmu Yaqin” lalu
tingkatan hamba akan naik pada derajat “Ainul Yaqin” apabila
hamba mengetahui dan mengenal Allah sebab ilmu Allah sendiri – lalu apabila
pengenalannya sudah menjadi bagian di dalam kehidupannya yang tak terpisahkan
disitulah derajat ma’rifat maka ia sudah pada tataran derajat tertinggi yang di
sebut “ Haqqul Yaqin”.
Ma’asyiral Muslimin Muslimat Rahimakumullah,
Wijhah yang di
maksud oleh imam Ibnu Athaillah adalah sesuatu pemberian Allah SWT. kepada
hamba-Nya yang ia kehendaki. Letaknya di dalam hati. Dengan wijhah seorang
hamba dapat menghadap dan sambung dengan Allah ketika beraktivitas apa saja, kalau
sudah demikian tingkatan hamba sudah mencapai ma’rifatullah.
Ma’rifat artinya
kenal kepada Allah akan nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan kenal kepada kekuasaan
dan pengaturan Allah SWT. Semakin berma’rifat kepada Allah maka ia akan semakin
merasakan bahwa Allah sudah berbuat kebaikan yang amat banyak.
“Dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada
mu“. (QS.Al-Qashas 77)
Mustami’in–Mustamiat
Rahimakumullah,
Ada 2 cara Allah
ta’ala mendidik hamba-Nya di dalam berma’rifat kepada-Nya :
1. (Pertama) datangnya dari atas kebawah dari Allah turun ke hamba-Nya yaitu
wijhah di dalam hati yang tertutup dibuka oleh Allah. Tutup–tutup yang menggelapkan
hati diterangkan laksana terangnya lampu yang menerangi kegelapan.
Cara yang
pertama ini datangnya makrifat langsung dari Allah, bukan karena nilai ibadah
kita, Allah tidak peduli lagi dengan siapa Ia memberi petunjuk-Nya, maka jangan
heran bila ada santri ketika di pesantren tidak tergolong santri istimewa,
tetapi ketika pulang dari nyantrinya menjadi ulama’ yang tersohor ke seantero
dunia, bahkan mengalahkan santri yang terhebat sekalipun. Bahkan ada santri
yang sepanjang hidupnya di pesantren ia tidak pernah mengaji, oleh kiainya
ditugasi ngopeni ternak kiainya, tetapi ketika pulang dari nyantrinya ia sangat
alim dan terkenal. Itulah kejadian semata-mata kehendak Allah SWT. Kealiman dan
wara’nya laksana matahari yang menyinarkan mendung setebal apapun. QS.
Al-Baqarah 272.
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.”
2. (Kedua) Kehendak dari bawah keatas, maksudnya untuk mengenal Al-Khalik,
dimulai mengenal ciptaan-Nya. Kelompok ini biasanya suka mengembara, meneliti.
Kenapa langit tanpa tiang, gunung menjulang tinggi, ombak berkejar-kejaran dan
manusia se-stadion ratusan ribu bahkan jutaan manusia di tanah suci tidak ada
yang sama rupanya berarti Allah menciptakan manusia tidak pernah kehabisan
model, corak dan rupanya. Lalu “Subhanallah” Sebagaimana Allah berfirman pada
Surat Al-Baqarah 164.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (ke-Esaan dan ke-Besaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
Saudara! Setelah
mengadakan pengembaraan spiritual lalu memancar ruh cahaya Ilahi pada akal dan
fikirannya yang selalu teraktualisasi dalam perjalanan hidupnya. Al-Hasil
kelompok kedua ini mendapatkan kemakrifatannya karena jalan fikiran rasionalnya
dilimpahi hidayah oleh Allah SWT. Setelah pengembaraan spiritualnya. Mungkin
dari awalnya ia hanya sebagai penulis, semakin mendalami karya tulisnya semakin
paham akan ilmu Allah. Ada pula semula ia sebagai peneliti, semakin mendalam
penelitiannya semakin tidak puas akan hasil penelitiannya dan akhirnya ia
kembalikan pada rahasia Allah SWT. Firman Allah QS. Ali Imran 191.
"Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Jadi Saudara! Sebenarnya ma’rifatullah itu bukan karena ibadah kita semata, tetapi
ibadah itu yang menjadikan sebab pematangan ilmu spiritual. Dan ibadah itu
adalah sebuah persembahan kepada Allah. Adapun ma’rifat hak sepenuhnya
pemberian Allah kepada hamba-Nya. Semoga kita tergolong hamba yang dikehendaki
dan yang dipilih oleh Allah SWT. Amin!
0 Response to "HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH"
Posting Komentar