HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH - . -->

HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH


HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH
 OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag

Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang

إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلاَ تُبَالِ مَعَهاَ اِنْ قَالَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ اِلاَّ وَهُوَ يُرِيْدُ اَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ
“Apabila Allah berkehendak membukakan wijhah (pemberian Allah pada hati) mu untuk menerima ma’rifat, maka tidak peduli lagi walau amalmu hanya sedikit, karena sesungguhnya jika Allah telah membukanya semata-mata karena Allah berhendak memperkenalkan diri-Nya kepadamu”.
اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالأَعْمَالُ اَنْتَ مُعْدِيْهَا اِلَيْه وَاَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ اِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya ma’rifat itu didatangkan untukmu, dan amalmu adalah bentuk persembahan untuknya, maka mana yang lebih tinggi nilainya bagimu, apa yang datang darimu apa yang di datangkan (oleh Allah) kepadamu???”.

Saudara Hadirin yang berbahagia,
Kita tidak bisa mengukur seluruh kemurahan Allah atau membandingkannya dengan pengorbanan dan amal-amal saleh kita, apapun yang kita persembahkan dengan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita, tindakan dan amal kita hanyalah sebagai tanda dan pendahuluan untuk menyingkap dan memahami rahmat Nya.

Mustami’in Mustamiat Rahimakumullah,
Memahami dan mengerti tentang Allah SWT. itulah yang di namakan Ma’rifatullah. Orang yang berma’rifatullah akan semakin mantap dan nikmat dalam ibadahnya oleh karenanya ingin selalu memperbanyak ibadahnya, buah hasil ibadahnya akan terasa indah menakala bisa berhubungan harmonis dengan sesamanya.

Saudara...!!!
Ma’rifat bagi seorang hamba diperlukan dalam beribadah dan beramal, sebab dengan demikian ia akan sampai pada tingkatan seorang hamba yang “Haqqul Yaqin”,  karena ia mengetahui bahwa Allah itu ada tanpa adanya bantuan keilmuannya dan pengamatannya. Ada kalanya seorang meyakini adanya Allah dengan pendekatan ilmunya, ia lakukan penelitian, lalu hidayah turun kepadanya itulah namanya derajat “Ilmu Yaqin” lalu tingkatan hamba akan naik pada derajat “Ainul Yaqin” apabila hamba mengetahui dan mengenal Allah sebab ilmu Allah sendiri – lalu apabila pengenalannya sudah menjadi bagian di dalam kehidupannya yang tak terpisahkan disitulah derajat ma’rifat maka ia sudah pada tataran derajat tertinggi yang di sebut “ Haqqul Yaqin”.

Ma’asyiral Muslimin Muslimat Rahimakumullah,
Wijhah yang di maksud oleh imam Ibnu Athaillah adalah sesuatu pemberian Allah SWT. kepada hamba-Nya yang ia kehendaki. Letaknya di dalam hati. Dengan wijhah seorang hamba dapat menghadap dan sambung dengan Allah ketika beraktivitas apa saja, kalau sudah demikian tingkatan hamba sudah mencapai ma’rifatullah.
Ma’rifat artinya kenal kepada Allah akan nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan kenal kepada kekuasaan dan pengaturan Allah SWT. Semakin berma’rifat kepada Allah maka ia akan semakin merasakan bahwa Allah sudah berbuat kebaikan yang amat banyak.

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada mu“. (QS.Al-Qashas 77)

Mustami’in–Mustamiat Rahimakumullah,
Ada 2 cara Allah ta’ala mendidik hamba-Nya di dalam berma’rifat kepada-Nya  :
1.  (Pertama) datangnya dari atas kebawah dari Allah turun ke hamba-Nya yaitu wijhah di dalam hati yang tertutup dibuka oleh Allah. Tutup–tutup yang menggelapkan hati diterangkan laksana terangnya lampu yang menerangi kegelapan.
Cara yang pertama ini datangnya makrifat langsung dari Allah, bukan karena nilai ibadah kita, Allah tidak peduli lagi dengan siapa Ia memberi petunjuk-Nya, maka jangan heran bila ada santri ketika di pesantren tidak tergolong santri istimewa, tetapi ketika pulang dari nyantrinya menjadi ulama’ yang tersohor ke seantero dunia, bahkan mengalahkan santri yang terhebat sekalipun. Bahkan ada santri yang sepanjang hidupnya di pesantren ia tidak pernah mengaji, oleh kiainya ditugasi ngopeni ternak kiainya, tetapi ketika pulang dari nyantrinya ia sangat alim dan terkenal. Itulah kejadian semata-mata kehendak Allah SWT. Kealiman dan wara’nya laksana matahari yang menyinarkan mendung setebal apapun. QS. Al-Baqarah 272.

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.”
2.  (Kedua) Kehendak dari bawah keatas, maksudnya untuk mengenal Al-Khalik, dimulai mengenal ciptaan-Nya. Kelompok ini biasanya suka mengembara, meneliti. Kenapa langit tanpa tiang, gunung menjulang tinggi, ombak berkejar-kejaran dan manusia se-stadion ratusan ribu bahkan jutaan manusia di tanah suci tidak ada yang sama rupanya berarti Allah menciptakan manusia tidak pernah kehabisan model, corak dan rupanya. Lalu “Subhanallah” Sebagaimana Allah berfirman pada Surat Al-Baqarah 164.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (ke-Esaan dan ke-Besaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Saudara! Setelah mengadakan pengembaraan spiritual lalu memancar ruh cahaya Ilahi pada akal dan fikirannya yang selalu teraktualisasi dalam perjalanan hidupnya. Al-Hasil kelompok kedua ini mendapatkan kemakrifatannya karena jalan fikiran rasionalnya dilimpahi hidayah oleh Allah SWT. Setelah pengembaraan spiritualnya. Mungkin dari awalnya ia hanya sebagai penulis, semakin mendalami karya tulisnya semakin paham akan ilmu Allah. Ada pula semula ia sebagai peneliti, semakin mendalam penelitiannya semakin tidak puas akan hasil penelitiannya dan akhirnya ia kembalikan pada rahasia Allah SWT. Firman Allah QS. Ali Imran 191.

"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.

Jadi Saudara! Sebenarnya ma’rifatullah itu bukan karena ibadah kita semata, tetapi ibadah itu yang menjadikan sebab pematangan ilmu spiritual. Dan ibadah itu adalah sebuah persembahan kepada Allah. Adapun ma’rifat hak sepenuhnya pemberian Allah kepada hamba-Nya. Semoga kita tergolong hamba yang dikehendaki dan yang dipilih oleh Allah SWT. Amin!

0 Response to "HATI YANG DI KEHENDAKI ALLAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel